IMPLIKASI TERHADAP STIMULASI DAN INTERVENSI PENDIDIKAN DALAM BENTUK PERMAINAN

Jumat, 03 Juli 2009

Mengenai tumbuh kembang anak ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor dari dalam antara lain disebabkan oleh ras, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan kelainan kromosom. Sedang faktor dari luar antara lain faktor prenatal, persalinan dan pasca persalinan. Ada berbagai informasi yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan pengawasan berat badan bayi antara lain ”Pada usia 5 bulan berat badan bayi akan menjadi 2 kali berat badan pada waktu lahir”. Untuk tinggi badan pada saat lahir bayi rata-rata mempunyai panjang sekitar 50 cm. Pada usia satu tahun akan menjadi 1,5 kali panjang badan pada saat lahir.

Untuk tumbuh kembang anak yang optimal harus dilakukan stimulasi. Stimulasi dapat dilakukan dengan Alat Permainan Edukasi (APE). Syarat APE yang baik adalah aman, desain harus jelas, mempunyai aspek pengembangan, ukuran dan berat APE harus sesuai dengan usia anak. Contoh APE antara lain bola (menstimulasi motorik kasar), pensil (motorik halus), puzzle dan buku gambar (kecerdasan kognitif). Peran orang tua sangat besar dalam tumbuh kembang anak baik stimulasinya maupun pengawasannya.

Beberapa contoh gangguan yang sering ditemukan dalam tumbuh kembang anak antara lain gangguan bicara dan bahasa, cerebral palsy, down syndrome, perawakan pendek, gangguan autisme, retardasi mental, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH).

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan saat ini, intervensi dini dapat dilakukan, antara lain melalui konseling genetika, latihan, dan pemberian obat- obatan. Penderita SD perlu menjalani pemeriksaan teratur untuk mendeteksi masalah kesehatan secara dini, sebelum masalah tersebut menyebabkan kerusakan yang luas dan sulit ditangani.

Penderita hendaknya jongkok bila timbul sesak setelah melakukan aktivitas fisik Duduk dengan lutut dilipat ke arah dada, sehingga terjadi peningkatan tahanan terhadap darah yang berjalan dari jantung menuju tungkai bawah Pemberian oksigen bila sesak Tidak boleh mandi dengan air yang terlalu panas. Banyak minum untuk mencegah dehidrasi.

Di samping itu, sulit buang air besar atau konstipasi merupakan masalah umum penderita SD. Penatalaksanaan dengan diet banyak buah-buahan dan sayur-sayuran. Obat-obat pencahar dapat diberikan sesuai kebutuhan. Kulit kering, mengelupas, pecah-pecah atau gatal dapat ditangani dengan memasukkan sejumlah soda bikarbonat ke dalam air mandi.

Sistem pendengaran diperiksa pada usia 9 bulan sampai 1 tahun dan dilakukan rutin 1 tahun sekali sampai usia 10 tahun, karena kelainan yang tidak ditangani dapat menyebabkan ketulian, peradangan telinga tengah. Penderita lebih sering terkena infeksi saluran pernapasan karena adanya kelainan sistem pendengaran. Anak-anak SD dengan pemeriksaan radiologis yang abnormal pada tulang-tulang leher dianjurkan untuk:

Tidak melakukan aktivitas seperti senam, loncat indah, berenang gaya kupu-kupu, loncat tinggi, sepakbola, jungkir balik, berguling ke depan, menyelam. Olahraga yang dianjurkan adalah renang (kecuali gaya kupu- kupu) dan lari. Menggunakan sabuk pengaman bila bepergian dengan mobil. Diperiksa setiap 6 bulan untuk mendeteksi adanya gejala-gejala penekanan medulla spinalis. Dilakukan pemeriksaan radiologis setiap tahun.

Anak-anak SD biasanya dapat melakukan hampir semua aktivitas yang dapat dilakukan anak-anak lain pada umumnya, seperti berjalan, berkata-kata, memakai baju, namun lebih lambat dari anak-anak lain. Penanganan rehabilitasi medis sedini mungkin menunjukkan perkembangan anak yang lebih baik.

Mereka yang menerima intervensi dini memperoleh nilai 20 persen lebih tinggi pada uji kecerdasan yang dilakukan pada waktu masuk sekolah dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan intervensi ini. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dengan latihan yang dilakukan sejak dini, kurang dari 10 persen penderita SD menjadi retardasi berat.

Perkembangan motorik kasar merupakan bentuk perkembangan yang paling menonjol selama 2 tahun pertama kehidupan. Pada 4 minggu pertama, rangsangan untuk perkembangan motorik belum diperlukan. Yang penting adalah memuaskan kebutuhannya akan makanan, kehangatan, dan kenyamanan.

Postur dan gerak seorang penderita SD seringkali perlu dikoreksi. Otot yang lemah menyebabkan anak-anak SD sering duduk dalam posisi-W dan cenderung memiliki kaki yang datar. Anak-anak SD harus ditolong untuk melakukan gerakan yang tepat dengan memperhatikan postur dan lingkungan anak.

Bimbingan pengembangan perilaku non-adaptif anak tunagrahita dengan memanrfaatkan permainan teurapeutik dalam bentuk pembelajaran, khususnya dalam bimbingan pribadi social, akan berfokus [pada kegiatan gerak-motorik tubuh (body movement). Hal ini di dasari atas asumsi bahwa pertumbuhan gerak anak tunagrahita sangat memerlukan pengembangn gerak terhadap:

1) Fungsi persepsi sensorimotor

2) Fungsi intelektual

3) Fungsi emosi psikologis

4) Fungsi social

Layanan bimbingan pengembangan perilaku non-adaptif anak tunagrahita disekolah harus di arahkan kepada penguasaan kemampuan psikomotor terhadap gerak dasar tubuh yang kegiatan operasional yang mencakup:

1) Meneliti, menjelajahi potensi gerak tubuh

2) Mengembangkan perolehan pengalaman dari gerkan yang telah berhasil dilakukan oleh anak tunagrahita yang bersangkutan.

3) Mengembangkan kemampuan gerak dasar alami (locomotor)

4) Pengungkapan kerativitas masing-masing anak tuangrahita. (Jeffree,MCConkey &Henson, 1944).

Lebih lanjut lagi Jeffree,MCConkey &Henson, 1944), menyatakan bahwa permainan dapat meningkatkan perkembangan anak yang mempunyai hambantan fungsional tertentu adalah permainan yang dapat menghantarkan anak yang bersangkutan untuk mampu menguasai keterampilam-keterampilan baru, dan kemudian dikembangkan menjadi keterampilan khusus melalui pengalam bermain yang inisiatifnyz banyak dilakukan oleh anak itu sendiri.

Di bawah ini dalah enam jenis permaina yang sangat cocok dipergunakan dalam upaya pemberian bimbungan perkembangan perilaku adaptif:

1) Exploratory play atau permainan eksplorasi.

Suatu permaina yang member kesempatan terhadap anak untuk dapat menjelajahi lingkungannya.

2) Energetic play atau permainan enerjetik, permainan yang menggunakan seluruh enerjetik anak.

3) Skillful play atau permainan melatih ketermpilan, permaina yang berkaitan dengan ketermpilan baru.

4) Social play atau permainan sosilisasi, permainan yang meningkatkan kemampuan bersosialisasi.

5) Imaginative play atau permainan imajinasi, permainan berimaimajinasi untuk mengembangkan daya berfikir dan berbahasa.

6) Puzzle-it-out play atau permainan memecahkan masalah dengan permainan puzzle.

Interevensi yang baik untuk tunagrahita down syndrome yaitu mengintervensi dalam bentuk permainan, seperti dengan mmemberikan permainan congklak untuk melatih motorik halus ataupun kasar. Bentuk permainan itu masuk kedalam jenis permainan “Skillfull Play”, yaitu permainan yang berkaitan dengan kegiatan untuk melatih keterampilan baru yang dikuasai anak. Baik juga memberikan permainan air ,kerena sebagian besar tunagrahita DS tidak melakukan kegiatan yang mengeluarkan energi. Namun DS dapat melakukan kegiatan berjalan, melakukan kegiatan menolong diri seperti mamasukan baju, kaos kaki namun dengan keadaan lambat tidak separti anak normal lainnya.

Mengintervensi Tunagrahita Down Syndrom juga harus dilakukan dengan terus menerus juga membutuhakan ketelatenan untuk mengajarkan beberapa bina diri agar anak DS mampu melakukan kegiatan tersebut seperti anak biasa meskipun dengan lambat. Banyak permainan yang dapat dilakukan oleh anak-anak beerkebutuhan khusus misalnya, dengan melakukan permainan Imaginative Play. Jenis permainan ini bertujuan untuk mengembangkan daya fikir dan kemampuan bahasa anak tunagrahita down syndrome. Bentuk permainan imaginative play ini adalah seperti bermain berpuar-pura dann bermain cerita.

Contoh permainan ini bermain peran ayah dan ibu, bermain dengan boneka, bermain melengkapi gambar, menjadi pemain drama, bercerita dengan atau tanpa memakai gambar. Dengan melakukan permainan ini akan lebih mudah untuk mengajarkan bina diri dalam bentuk peran untuk memotivasi anak.

Read more...

Galeri Anggie

Bersama Awan Sapharwa "ci-Ayah Ja'imZ"..









Read more...

Selamat Datang...!!!

... Assalamu'alaikum,,

anda sekarang berada di Blognya Anggie Euis Siti Sa'adah..

Met menikmati hidangan-hidangannya yah..

Perkenalkan,

Nama Saya Anggie Euis Siti Sa'adah
Tasikmalaya, 22-11-1988 saya dilahirkan

Sekarang saya adalah mahasiswi di :
Pendidikan Luar Biasa
Universitas Pendidikan Indonesia

Email : Awanggie@gmail.com

Tengkiw..

Read more...

TERAPI PADA ANAK DOWN SYNDROME

Kemampuan motorik halus seringkali tertinggal di belakang kemampuan motorik kasar. Anak-anak diajarkan keterampilan praktis. Keterampilan yang diajarkan disesuaikan dengan keinginan dan tingkat kemudahan aktivitas menurut anak. Keterampilan individual ini seringkali lebih cepat dipelajari karena anak sangat termotivasi.

Intervensi tidak difokuskan terlalu banyak pada penyusunan puzzle dan balok namun dikonsentrasikan pada keterampilan untuk menolong diri sendiri seperti berpakaian, latihan buang air, serta berbagi dengan anak-anak lain. Latihan motorik halus membantu penderita SD meningkatkan keterampilan koordinasi mata dan tangan serta sejumlah keterampilan akademik dini.

Penderita SD mempunyai kesulitan bicara. Terapi wicara mengajarkan anak-anak SD bagaimana cara berkomunikasi. Dinilai pemahaman, penggunaan bahasa, perkataan reseptif dan perkataan ekspresif, serta kejelasan bicara. Juga membantu anak-anak yang mempunyai kesulitan makan. Sejak berusia 1 tahun, dapat dimulai pengajaran untuk menjaga agar lidahnya tetap di dalam mulut dengan komunikasi verbal atau pun dengan sentuhan. Setelah itu berilah pujian. Dengan cara-cara ini, biasanya anak sudah berhenti memcucurkan air liur pada waktu mereka berusia 4 tahun. Diperhatikan kemampuan kognitif dini seperti mencocokkan dan memilah bentuk dan warna. Keterampilan akademik dini pada akhirnya mendasari keterampilan membaca, menulis, dan mengerjakan bilangan. Juga dilatih untuk dapat mengerjakan keterampilan yang membutuhkan konsentrasi dan menanamkan kebiasaan bekerja pada anak-anak sejak usia dini. Karena kemampuan anak-anak SD sangat bervariasi, keberhasilan di sekolah akan sangat bervariasi juga, sehingga evaluasi yang dilakukan pada anak-anak SD harus dilakukan secara individual.

Deteksi dan pengobatan secara dini penting dilakukan segera setelah lahir karena kekurangan hormon ti-roid pada masa pertumbuhan otak (0-2 tahun) dapat mengakibatkan gangguan intelektual yang menetap.




JENIS-JENIS TERAPY YANG DIBUTUHKAN PENDERITA DOWN SYNDROME


Terapi wicara
Suatu terapi yang di pelukan untuk anak DS atau anak bermasalah dengan keterlambatan bicara, dengan deteksi dini di perlukan untuk mengetahui seawal mungkin menemukan gangguan kemampuan berkomunikasi, sebagai dasar untuk memberikan pelayanan terapi wicara.


Terapi Okupasi
Terapi ini di berikan untuk dasar anak dalam hal kemandirian, kognitif/pemahaman, dan kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemandirian diberikan kerena pada dasarnya anak “bermasalah” tergantung pada orang lain atau bahkan terlalu acuh sehingga beraktifitas tanpa komunikasi dan memperdulikan orang lain. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.



Terapi Remedial
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan akademis skill, jadi bahan bahan dari sekolah bias dijadikan acuan program.


Terapi kognitif
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan perceptual, misal anak yang tidak bisa berkonsentrasi, anak yang mengalami gangguan pemahaman, dll.


Terapi sensori integrasi
Terapi ini diberikan bagi anak yang mengalami gangguan pengintegrasian sensori, misalnya sensori visual, sensori aktil, sensori pendengaran, sensori keseimbangan, pengintegrasian antara otak kanan dan otak kiri, dll.
ruangan terapi sendori integrasi :


Terapi snoefzelen
Snoezelen adalah suatu aktifitas terapi yang dilakukan untuk mempengaruhi CNS melalui pemberian stimulasi pada system sensori primer seperti visual, auditori, taktil. Taste, dan smell serta system sensori internal seperti vestibular dan proprioceptif dengan tujuan untuk mencapai relaksasi dan
atau aktifiti. Snoezelen merupakan metode terapi multisensories. Pada terapi ini anak di ajarkan berprilaku umum dengan pemberian system reward dan punishment. Bila anak melakukan apa yang di perintahkan dengan benar, maka diberikan pujian. Jika sebaliknya anak dapat hukuman jika anak melakukan hal yang tidak benar. Dengan perintah sederhana dan yang mudah di mengerti anak. Terapi ini di berikan pada anak yang mengalami gangguan perkembangan motorik, misalnya anak yang mengalami keterlambatan berjalan. Semua terapi ini dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi dari tim dokter yang telah memeriksa anak yang mengalami gangguan.

dengan melatih anak down syndrome, diharapkan mereka memiliki skill yang makin lama makin berkembang dan mereka diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri dengan aktivitas2 yang sederhana.
bahkan, di negara2 maju orang2 DS mendapatkan hak memiliki pekerjaan yang memang dapat mereka kerjakan.

Read more...

PENCEGAHAN DOWN SINDROM

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit sindrom down antara lain :

1. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan (lebih dari 3 bulan). Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan Down syndrome atau mereka yang hamil di atas usia 35 tahun harus dengan hati-hati dalam memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki resiko melahirkan anak dengan Down syndrome lebih tinggi. Down Syndrome tidak bisa dicegah, karena Down Syndrome merupakan kelainan yang disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom. Jumlsh kromosm 21 yang harusnya cuma 2 menjadi 3.

2. Konseling genetik juga menjadi alternatif yang sangat baik, karena dapat menurunkan angka kejadian sindrom down. Dengan Gene targeting atau Homologous recombination gene dapat dinon-aktifkan. Sehingga suatu saat gen 21 yang bertanggung jawab terhadap munculnya fenotip sindrom down dapat di non aktifkan

Read more...

Penatalaksanaan Down Sindrom

Penatalaksanaan Sampai saat ini belum ditemukan metode pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi kelainan ini.Pada tahap perkembangannya penderita Down syndrom juga dapat mengalami kemunduran dari sistim tubuhnya.Dengan demikian penderita harus mendapatkan support maupun informasi yang cukup serta kemudahan dalam menggunakan sarana atau fasilitas yang sesuai berkaitan dengan kemunduran perkembangan baik fisik maupun mentalnya. Hal yang dapat dilakukan antara lain :

1. Penanganan Secara Medis

a. Pembedahan

Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita untuk mengoreksi adanya defek pada jantung, mengingat sebagian besar penderita lebih cepat meninggal dunia akibat adanya kelainan pada jantung tersebut.

b. Pemeriksaan Dini
ü Pendengaran
Biasanya terdapat gangguan pada pendengaran sejak awal kelahiran, sehingga dilakukan pemeriksaan secara dini sejak awal kehidupannya.
ü Penglihatan
Sering terjadi gangguan mata, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara rutin oleh dokter ahli mata

c. Pemeriksaan Nutrisi
Pada perkembangannya anak dengan sindrom down akan mengalami gangguan pertumbuhan baik itu kekurangan gizi pada masa bayi dan prasekolah ataupun kegemukan pada masa sekolah dan dewasa, sehingga perlu adanya kerjasama dengan ahli gizi.

d. Pemeriksaan Radiologis
Diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa keadaan tulang yan dianggap sangat mengganggu atau mengancam jiwa (spina servikalis).

2. Pendidikan

a. Pendidikan khusus

Program khus untuk menangani anak dengan sindrom down adalah membuat desain bangunan dengan menerapkan konsep rangsangan untuk tempat pendidikan anak-anak down's syndrome. Ada tiga jenis rangsangan, yakni fisik, akademis dan sosial. Ketiga rangsangan itu harus disediakan di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Hal ini diharapkan anak akan mampu melihat dunia sebagai sesuatu yang menarik untuk mengembangkan diri dan bekerja.

b. Taman bermain atau taman kanak – kanak
Rangsangan secara motorik diberikan melalui pengadaan ruang berkumpul dan bermain bersama (outdoor) seperti :
ü Cooperative Plaza untuk mengikis perilaku pemalu dan penyendiri.
ü Mini Zoo dan Gardening Plaza adalah tempat bagi anak untuk bermain bersama hewan dan tanaman

c. Intervensi dini.
Pada akhir – akhir ini terdapat sejumlah program intervensi dini yang dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberikan lingkungan bagi anak dengan sindrom down. Akan mendapatkan manfaat dari stimulasi sensori dini, latihan khusus untuk motorik halus dan kasar dan petunjuk agar anak mau berbahasa. Dengan demikian diharapkan anak akan mampu menolong diri sendiri, seperti belajar makan, pola eliminasi, mandi dan yang lainnya yang dapat membentuk perkembangan fisik dan mental.

3. Penyuluhan terhadap orang tua

Diharapkan penjelasan pertama kepada orang tua singkat, karena kita memandang bahwa perasaan orang tua sangat beragam dan kerena kebanyakan orang tua tidak menerima diagnosa itu sementara waktu, hal ini perlu disadari bahwa orang tua sedang mengalami kekecewaan. Setelah orang tua merasa bahwa dirinya siap menerima keadaan anaknya, maka penyuluhan yang diberikan selanjutnya adalah bahwa anak dengan sindrom down itu juga memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya yaitu kasih sayang dan pengasuhan.
Pada pertemuan selanjutnya penyuluhan yang diberikan antra lain : Apa itu sindrom down, karakteristik fisik dan antisipasi masalah tumbuh kembang anak. Orang tua juga harus diberi tahu tentang fungsi motorik, perkembangan mental dan bahasa. Demikian juga penjelasan tentang kromosom dengan istilah yang sederhana, informasi tentang resiko kehamilan berikutnya.

Read more...

Diagnosis Anak Down Sindrom

Pemeriksaan diagnostik digunakan ntuk mendeteksi adanya kelainan sindrom down, ada beberapa pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:

1. Pemeriksaan fisik penderita

2. Pemeriksaan kromosom (Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 autosom+XX atau 46 autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21 dengan bentuk trisomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-15%)

3. Ultrasonograpgy (didapatkan brachycephalic, sutura dan fontela terlambat menutup, tulang ileum dan sayapnya melebar)

4. ECG (terdapat kelainan jantung)

5. Echocardiogram untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan mungkin terdapat ASD atau VSD.

6. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah Dengan adanya Leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.

7. Penentuan aspek keturunan

8. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3 bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas

9. Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput.

Read more...

Tumbuh kembang pada anak sindrom down

Anak-anak penderita syndrome mongoloid atau down's syndrome memiliki keterlambatan pada hubungan sosial, motorik, serta kognitifnya, sehingga dapat dikatakan bahwa anak ini mengalami keterlambatan pada semua aspek kehidupannya. Tetapi anak yang menderita penyakit sindrom down memiliki tingkatan yang berbeda – beda, yaitu dari tingkatan yang tinggi hingga yang paling rendah. Pada segi intelektualnya anak sindrom down dapat menderita retardasi mental tetapi juga ada anak dengan itelejensi normal, tetapi kebanyakan anak dengan sindrom down memiliki retardasi dengan tingkat rindgan hingga sedang. Pada perkembangan tubuhnya, anak sindrom down bisa sangat pendek tetapi bisa sangat tinggi. Serta anak sindrom down bisa menjadi sangat aktif dan juga bisa menjadi sangat pasif.
Sekalipun demikian kecepatan pertumbuhan anak dengan sindrom down lebih lambat dibandingkan dengan anak yang normal, sehingga perlu dilakukan pemantauan terhadap pertumbuhannya secara berkelanjutan. Kita perlu memantau kadar hormon tiroid bila pertumbuhan anak tidak sesuai dengan usia. Selain itu kita juga dapat memantau perkembangan organ – organ pencernaan, nungkin terdapat kelainan di dalamnya. Atau mungkin terdapat kelainan pada organ jantung yaitu penyakit jantung bawaan.

Read more...

Gejala klinis Down Sindrome

Berat pada bayi yang baru lahir dengan penyakit sindrom down pada umumnya kurang dari normal, diperkirakan 20% kasus dengan sindrom down ini lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Anak-anak yang menderita sindroma Down memiliki penampilan yang khas:

    1. Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil dengan bagian belakang kepalanya mendatar (sutura sagitalis terpisah).
    2. Lesi pada iris mata (bintik Brushfield), matanya sipit ke atas dan kelopak mata berlipat-lipat (lipatan epikantus) serta jarak pupil yang lebar.
    3. Kepalanya lebih kecil daripada normal. (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal serta Leher pendek dan besar
    4. Pada bayi baru lahir kelainan dapat berupa Congenital Heart Disease (kelainan jantung bawaan). kelainan ini yang biasanya berakibat fatal di mana bayi dapat meninggal dengan cepat.
    5. Hidungnya datar (Hidung kemek/Hipoplastik) lidahnya menonjol, tebal dan kerap terjulur serta mulut yang selalu terbuka.
    6. Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali hanya memiliki satu garis tangan pada telapak tangannya. Tapak tangan ada hanya satu lipatan
    7. Jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar
    8. Jari kelingking hanya terdiri dari dua buku dan melengkung ke dalam (Plantar Crease).
    9. Telinganya kecil dan terletak lebih rendah
    10. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (hampir semua penderita sindroma Down tidak pernah mencapai tinggi badan rata-rata orang dewasa)
    11. Keterbelakangan mental.
    12. Hiper fleksibilitas.
    13. Bentuk palatum yang tidak normal
    14. Kelemahan otot
    15. Namun tidak semua ciri – ciri di atas akan terpenuhi pada penderita penyakit sindrom down, berdasarkan penelitian terakhir orang dengan penyakit sindrom down juga dapat mengukir prestasi seperti kebanyakan orang yang normal.

Read more...

Etiologi down sindrom

Etiologi

Pada tahun 1959 Leujene dkk (dikutip dari sony HS, dalam buku tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih) melaporkan temuan mereka bahwa pada semua penderita sindrom down mempunyai 3 kromosom 21 dalam tubuhnya yang kemudian disebut dengan trisomi 21. tetapi pada tahun – tahun berikutnya, kelainan kromosom lain juga mulai tampak, sehingga disimpulkan bahwa selain trisomi 21 ada penyebab lain dari timbulnya penyakit sindrom down ini. Meskipun begitu penyebab tersering dari sindrom down ini adalah trisomi 21 yaitu sekitar 92-95%, sedangkan penyebab yang lain yaitu 4,8-6,3% adalah karena kketurunan. Kebanyakan adalah translokasi Robertisonian yaitu adanya perlekatan antara kromosom 14, 21 dan 22.
Penyebab yang telah diketahui adalah kerena adanya kelainan kromosom yang terletak pada kromosom yang ke 21, yaitu trisomi. Dan penyebab dari kelainan kromosom ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini, antara lain :
1) Non disjungtion (pembentukan gametosit)

    1. Genetik

Bersifat menurun. Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada kelurga yang memiliki riwayat sindrom down akan terjadi peningkatan resiko pada keturunannya

    1. Radiasi

Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kkembang anak karangan Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down adal ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga dapat terjadi mutasi gen.

    1. Infeksi

Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum ada ahli yang mampu menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.

    1. Autoimun

Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan antibodi ibu yang melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.

    1. Usia ibu

Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini disebabkan karena penurunan beberapa hormon yang berperan dalam pembentukan janin, termasuk hormon LH dan FSH.

f. Ayah

Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus penambahan kromosom 21 bersumber dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor dari ibu.

2) Gangguan intragametik yaitu gangguan pada gamet, kemungkinan terjadi Translokasi kromosom 21 dan 15.

3) Organisasi nukleus yaitu sintesis protein yang abnormal sehingga menyebabkan kesalahan DNA menuju ke RNA.

4) Bahan kimia juga dapat menyebabkan mutasi gen janin pada saat dalam kandungan

5) Frekwensi coitus akan merangsang kontraksi coitus, sehingga dapat berdampak pada janin.

Read more...

Epidemiologi

Sindrom down merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Angka kejadian pada tahun 1994 mencapai 1.0 - 1.2 per 1000 kelahiran dan pada 20 tahun yang laludilaporkan 1,6 per 1000 kelahiran. Kebanyakan anak dengan sindrom down dilahirkan oleh wanita yang berusia datas 35 tahun. Sindrom down dapat terjadi pada semua ras. Dikatakan angka kejadian pada orang kulit putih lebih tinggi dari orang hitam (Soetjiningsih).
Sumber lain mengatakan bahwa angka kejadian 1,5 per 1000 kelahiran, ditemukan pada semua suku dan ras, terdapat pada penderita retardasi mental sekitar 10 %, secara statistik lebih banyak di lahirkan oleh ibu yang berusia lebih dari 30 tahun, prematur dan pada ibu yang usianya terlalu muda (Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI).

Kejadian sindrom Down dianggarkan pada 1 setiap 800 hingga 1 setiap 1000 kelahiran. Pada 2006, Pusat Kawalan Penyakit (Center for Disease Control) menganggarkan kadar sehingga 1 setiap 733 kelahiran hidup di Amerika Sarikat. Sekitar 95% dari penyebab sindrom down adalah kromosom 21. Sindrom Down berlaku dikalangan semua ethnik dan semua golongan tahap ekonomi. memberi kesan kepada risiko kehamilan bayi dengan sindrom Down. Pada ibu berusia antara 20 hingga 24, risikonya adalah 1/1490; pada usia 40 risikonya adalah 1/60, dan pada usia 49 risikonya adalah 1/11. Sungguhpun risiko meningkat dengan usia ibu, 80% kanak-kanak dengan sindrom Down dilahirkan pada wanita bawah usia 35, menunjukkan kesuburan keseluruhan kumpulan usia tersebut. Selain usia ibu, tiada faktor risiko lain diketahui (wikipedia melayu)

Read more...

ASKEP ANAK DOWN SINDROM

Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan (Wikipedia indonesia).
Sindroma Down (Trisomi 21, Mongolisme) adalah suatu kelainan kromosom yang menyebabkan keterbelakangan mental (retardasi mental) dan kelainan fisik (medicastore).
Sindrom Down adalah kecacatan kromosom bercirikan kehadiran bahan genetik salinan tambahan kromosom pada keseluruhan trisomi 21 atau sebahagian, disebabkan translokasi kromosom (wikipedia melayu).
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenalai dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya kromosom 21 yang berlebihan (Soetjiningsih).
Kesan salinan tambahan ini mempunyai perbezaan jelas antara individual, bergantung kepada tahap salinan tambahan, latar belakang genetik, faktor persekitaran, dan peluang rawak. Sindrom Down berlaku pada kesemua populasi manusia, dan kesan seumpamanya telah di dapati pada spesies lain seperti chimpanzee dan tikus. Baru-baru ini, penyelidik telah mencipta tikus dengan kebanyakan kromosom 21 manusia (tambahan kepada kromosom tikus biasa). Bahan kromosom tambahan datang dalam berbagai cara berbeda. Kariotip manusia biasa hadir sebagai 46,XX atau 46,XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom dengan aturan XY bagi jantan. Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Down syndrome ini pertama kali dikenal pada tahun 1866 oleh Dr.John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongolia maka sering juga dikenal dengan Mongoloid. Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika dan Eropa merubah nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk pada penemu pertama syndrome ini dengan istilah Down Syndrome dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.

Read more...

Implementasi Psikologi Sosial dalam Mengembangkan Perilaku Adaptif Anak Tunagrahita


Pada hakikatnya tujuan pendidikan anak tunagrahita adalah mengembangkan interes sosial (social interest) yang ada pada siswa secara optimal.interes sosial ini sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian tujuan pendidikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru(pembimbing) seyogyanya menyusun proram bimbingan atau program latihan secara sistematis dan melaksanakannyasesuai dengan program yang telah dibuat. Dreikurs (Corey, 1991) mengemukakan empat komponen yang seyogyanya diperhatikan dalam menyusun program bimbingan, yaitu:

1) Tujuan

Mengembangkan minat sosial siswa(mau memberi dan menerima orang lain).

2) Kebutuhan siswa

Peneriman kasih sayan, perhatian, rasa aman, menerima pengakuan orang lain, dorongan untuk semakin mandiri, menerima kebebasan yang wajar dalam mengatur kehidupannya, membina persahabatan dengan teman sejenis dan lain jenisl serta memilki cita-cita yang pantas untuk di kejar.

3) Tugas perkembangan yang dihadapi siswa (Perilaku Adaptif)

Mengembangkan keterampilan-keterampialan sensorimotor, membina dan mengurus diri, mengembangkan keterampilan dasr membaca, menulis, dan berhitung, mengembangkan komunikasi dan berbahasa, mengembangkan ketempilan bersosialisasi, kesadaran moral, tanggung jawab, melepaskan emsi yang tidak diharapkan, serta mengembangkan keterampilan-ketermpilan kejuruan.

4) Pengumpulan data, Contoh: Program bimbingan untuk anak tunagrahita

a. Pengumpulan data melalui asesmen

b. Pemberian informasi dengan penekanan pada re-edukasi melalui: memberikan semangat dan menstimulasi keberanian, membantu siswa untuk membangun rasa percaya diri, meningkatkan kemauan untuk berbuat sesuatu yang konsisten.

c. Konsultasi, terutama antar guru (pembimbing) dan orang tua siswa.

Adapun prisedur pelaksanaan bimbigan yang dilakukan, Adler membangunnya berdasarkanempat fase (Corey,1991), yaitu:

    1. Mencipatakan hubungan baik antara guru dan siswa

Pengembangan minat sosial pada siswa akan terjadi secara efektif dalam interaksi dan transaksi yang sehat antara siswa dengan pembimbingnya. Interaksi yang diharapkan adalh interaksi yang didasai oleh rasa peduli, keter;ibatan dan persahabatan yang mendalam, sehingga siswa memandang pembingbing sebagai seorang sahabat yang mau di mintai bantuan bila di butuhkan, dan sebagai tempat bertanya. Selama fase ini, hubungan dilakukan dengan jalan mendengarkan, memberi tanggapan, menunjukkan silap hormat terhadap kemampuan yang dimiliki siswa, mendrong semangat dan menstimulasi keberaniannya.

    1. Mengindetifikasi dinamika siswa

a. Pada fase ini dilakukan dengan: pembimbing mengumpulkan informasi dalam rangka mengindetifikasi dinamika siswa. Hal ini dapat di lakukan melalui wawancara, observasi terhadap siswa dan keluarga terdekatnya seperti: orangtua, kakak, adik atau orang lain yang tinggalbersama.

b. Informasi yang dikumpulkan meliputu: gaya hidup siswa, tujuan hidup, serta faktor0faktor yang mempengaruhi perilaku siswa, kemampuan belajar saat ini kehidupan sosial siswa pada masa-masa dini, perilaku siswa dalam interaksinya(keluargadansekolah),terutama perilaku-perilaku yang ganjil.

c. Guru menganalisis dan menginterpensi data, sehingga dapat di temukan perasaan-perasaan infeoritas siswa dan usaha-usaha untuk menutupi perasaan tersebut dalam bentuk kompensai.

    1. Membangun semangat pengemabangan rasa menahan diri

Adler meyakini bahwa pematahan semangat adalah kondisi dasar yang mencegah berfunsinya seseorang. Sedangkan pembangkit semangat merupakan penangkalnya (Corey, 1991). Melalui fase ini siswa di gelitik untuk mengakui bahwa mereka memiliki kekuatan untuk memilih, untuk berbuat sesuatu dengan orang lain.

4. Menbantu siswa menentuakan pilihan-pilihan baru (Re-oriemtasi dan Re-edukasi).

Melakukan Re-oriemtasi dan Re-edukasiuu merupakan sasran utama dalam bimbingan. Tujuannya adalah agar siswa dapat didup di tengaha-tengah masyrakat yang mau memberi dan menerima orang lain. Oleh karena itu proses bimbingan berfokus pada penyediaan informasi, membimbing melatih siswa dengan memawarkan dorongan semangat kepada siswa.

Fase ni diarahkan pada perluasan minat sosial siswa, membantu siswa dalam mengatasi rasa rendah dirinya.

Hal pennting lain adalah memodifikasi pandangan siswa dengan mengubah hidup yang salah, melatih sisw dalm pemberian sumbangan yang lebih besar dalm hubungan antar persoanal, serta membant siswa sehingga mampu bergrak maju ke arah yang nyata.

Fase-fase tersebut tidaklah linier dan tidak bergerak maju dengan langkah-langkah yang kaku, melainkan merupakan suatu jalinan benabg yang nantinya akan membentuk sehelai kain.

Read more...

  © Blogger templates Newspaper II by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP